Menghidupkan Kreativitas yang Telah Mati

Gambar oleh andit90.blogspot.com
Sekolah Telah Membunuh Kreativitas
Kreativitas atau daya cipta adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang berbeda dengan kemampuan yang dimiliki orang lain sehingga menghasilkan suatu pemikiran atau karya yang baru. Kreatifitas apabila ditekuni akan menjadi sebuah keahlian dan ciri khas dari orang tersebut. Pada zaman sekarang, kreativitas sangat diperlukan dalam persaingan di kancah global. Orang yang tidak memiliki kreativitas akan tergilas oleh yang lain. Orang yang tidak memiliki kreativitas, paling hebat menjadi pekerja/ pegawai, bahkan bisa saja ia menjadi beban bagi masyarakat.
Sayang, tidak semua orang memiliki daya cipta yang baru. Beberapa faktor telah membunuh kreativitas kita. Salah satunya sekolah. Bahkan sekolah merupakan faktor utama hilangnya kreativitas seseorang.

Berbicara tentang kreativitas, otak kanan menjadi tempat berkembangnya kreativitas. Lawannya, ialah otak kiri yang sangat logis dan analitis. Orang-orang kreatif biasanya didominasi oleh aktivitas otak kanan. Sedangkan orang yang penuh pertimbangan, logis, dan sangat patuh pada aturan biasanya didominasi oleh aktivitas otak kiri.
Dan karena pola pembelajaran sekolah kita cenderung memproduksi orang-orang otak kiri serta membunuh kreativitas siswa, jadinya, semakin tinggi sekolah seseorang, semakin mati lah kreativitasnya. Semakin ke atas sekolah seseorang, ia menjadi semakin penuh pertimbangan, mengandalkan logika, dan parahnya, menjadikan orang bermental buruh. Ya… hanya puas dengan menjadi pencari kerja. Tidak ada daya untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Mungkin, bagi orang tua yang menyadari hal ini, mereka akan berpikir beberapa kali untuk menyekolahkan anaknya. Sebab sekolah  Indonesia telah membunuh kreatifitas anak. Lalu, siapa yang bertanggung jawab dengan hal ini ? Pembuat kebijakan tentunya. Anehnya, Kementerian Perekonomian menggalakan home industri, tapi di Kementerian Pendidikan menjadi lulusannya bermental buruh.

Menumbuhkan Kreativitas yang Telah Mati
Hidup dengan gaya pendidikan di Indonesia memang dilema. Di satu sisi, anak yang tidak mengenyam dunia sekolah akan berbeda dari anak lainnya. Positifnya, anak memang tidak akan dikenalkan dengan dunia yang akan membunuh kreativitasnya. Tapi negatifnya, perkembangan kehidupan sosial anak akan terlambat. Padahal kreativitas harus diimbangi dengan kehidupan sosial yang baik.
Untuk anak, orang tua akan dengan lebih mudah menjaga dan mengembangkan kreativitasnya. Tapi untuk kita yang sudah dewasa, menghidupkan kembali kreativitas harus dimulai dari kesadaran diri.
1.      Sadar bahwa kreatifitas itu penting. Dalam bidang karir, dengan kreativitas kita tidak akan lagi menjadi pencari kerja. Tapi pencipta lapangan kerja.
2.      Menyadari potensi terkubur dalam diri kita. Setiap orang memiliki potensi bawaan sejak lahir. Ketika potensi itu sempat menjadi muncul sewaktu kita masih kecil, dan kemudian menghilang setelah kita semakin mengenal dunia sekolah, ingat lah itu. Kemudian asah kembali.
3.      Jika kita – sejak kecil hingga sekarang – belum menemukan potensi apa yang dapat kita kembangkan, cobalah hal-hal baru. Lalu temukan kecenderungan kemampuan dan kesukaan kita.

4.      Jika sudah menemukan, kembangkan dan tekuni.

0 Response to "Menghidupkan Kreativitas yang Telah Mati"

Posting Komentar