Activita in My Mind

LPM Activita. Nama yang sederhana. Nama yang awal aku masuk di STAIN Pamekasan, tidak memberi daya tarik apa-apa. Bagiku hanya sebuah organisasi yang tidak ada apa-apanya. Tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan. Tidak mau berkembang. Tidak mampu mengembangkan diri dan kadernya. Tidak jelas arah dan tujuannya. Tidak cocok untuk ku jadikan wadah pengembangan potensiku. Dan tidak tidak yang lainnya.

Tapi, setelah aku memasukinya, tau isinya, aku mulai suka dengan LPM Activita. Meski aku masuk ke LPM Activita bukan atas dasar keinginan diri sendiri. Tapi atas rekomendasi orang yang saat itu, kata-katanya selalu aku iyakan. Berproses di sana ternyata bukan hal mudah. Apalagi aku masuk di LPM saat sudah semester III. Jadi dengan waktu yang hanya sekitar 3 tahun, berproses di LPM harus sungguh-sungguh.
Saat awal-awal aku berproses di LPM, angkatan kami mengelola Vita Pos. Mencari berita straight  news, menuliskannya, kemudian menyebarkannya lewat Vita Pos dalam bentuk selebaran. Entah kenapa, aku merasa ditinggal oleh teman-temanku. Pimred Vita Pos yang pindah ke Semarang, temanku yang mulai sibuk dengan lembaganya, dan teman-teman seangkatanku yang selalu memiliki alasan untuk bebas dari tanggung jawab liputan, membuat masa-masa itu adalah masa-masa stresku di LPM Activita. Aku harus liputan sendiri, menulis berita sendiri, Lay Out, mencetak, dan menggandakan Vita Pos sendirian. Semuanya dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam. Belum lagi dengan tugas-tugas kuliahku yang kadang menumpuk. Makanya, kalau ingat masa-masa itu, aku marah sekali sama siapa pun, terutama mereka yang anggota tidak aktif dan orang luar Activita, yang sok tahu tentang masa depan Activita. Seperti mereka tahu apa yang terbaik untuk Activita. Aku sangat tidak suka dengan orang macam ini. Aku saja yang ada di dalam dan menjadi bagian dari tubuh Activita, tidak ingin sok tahu.
Setahun baerlalu, aku dihadapkan pada konfik politik. Temanku sendiri ingin menjadi ketua LPM. Saingannya ada hubungannya dengan organisasi ekstra. Jadi, dalam posisi ini – sebagai teman – aku berusaha membantu temanku yang posisinya lemah. Hasil pemilihan, temanku kalah. Dia ternyata tidak bisa bersikap dewasa. Kekalahannya membuatnya lari dari LPM. Padahal dia adalah salah satu orang yang memperjuangkan aku untuk bisa masuk ke LPM (Biasa lah. Dulu aku sedikit sulit masuk di sana lantaran permainan politik ekstra kampus).
Saat itu, jujur saja aku bingung harus bagaimana. Mengikuti jejak temanku yang ‘melarikan diri’ dari Activita, atau tetap berproses di sana demi Activita yag mulai aku cintai. Akhirnya, aku memilih untuk tetap ada di sana. Aku memilih bersikap dewasa dengan hasil pemilihan. Biarlah temanku memmilih jalannya sendiri. Toh walau bagaimana pun dan sampai kapan pun, dia tetap teman.
 Setelah itu, perjalananku di LPM Activita, semakin membuatku mencintai Activita. Ada persaudaraan, ada kebersamaan, ada canda tawa, sedih. Kadang keseriusan hadir pula. Ada juga cinta lokasi, (yang ini bukan aku yang mengalaminya. Untuk yang merasa saja, hehe). Perbedaan pendapat itu biasa, namun setelah itu Alhamdulillah kita selalu bisa damai oleh persamaan.
Namun, yang aku rasa aneh dan sampai sekarang belum bisa setuju ialah, ambisi teman-teman untuk merekrut angggota dalam jumlah banyak. Bagiku, 30 orang dalam satu periode sudah cukup membuat kewalahan dalam mengkader. Apalagi lebih dari itu. Aku lihat selama ini, semakin banyak anggota yang direkrut, semakin banyak pula yang berguguran. Banyaknya anggota yang direkrut tidak mempengaruhi jumlah anggota yang aktif. Paling banyak, hanya berkisar 5-10 orang anggota aktif tersisa. Yang lain, entah. Mungkin terlalu sibuk dengan diri mereka masing-masing.
Meski demikian, banyak yang ku peroleh dari LPM Activita. Aku belajar tentang kedewasaan dalam bersikap, arti persahabatan, dan terpenting, aku belajar banyak dalam mengembangkan tulisan menjadi lebih baik. Sebetulnya, tidak ada yang menjadi guru atau murid di sini. Status kita sama-sama sebagai anggota yang sedang berproses. Tapi status itu juga lah yang membuat kami sadar (khusus yang sadar ini ya…) bahwa kami harus menulis. Kami harus mencari ilmu di mana pun, dengan siapa pun, untuk menjadi penulis yang diakui semua orang. Proses tidak akan berhenti selama masih ada orang tyang belum mengakui keberadaan kita sebagai seorang penulis, apa pun bidangnya.
Sayang, sampai saat ini aku hanya bisa memperoleh dan mengambil banyak di Activita. Aku belum bisa memberi apa-apa. Apalagi sesuatu yang berarti. Tapi ketahuilah oleh kalian, aku memiliki cinta untuk Activita. Cinta yang tidak akan ada penghianatan. Dan dengan cinta itu, aku akan membawa Activita bersama karya-karyaku. Jika suatu saat aku besar dengan karya-karyaku, Activita ada di dalamnya. Activia akan besar bersama besarnya kader-kader yang mencintainya.
“Jangan tanyakan apa yang sudah kalian dapatkan dari Activita. Tanyakan lah apa yang sudah kalian berikan untuk Activita”
07 September 2014
Kontrakan, 15.14

0 Response to "Activita in My Mind"

Posting Komentar